Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Toxic Positivity: Bagaimana Cara Mengatasi dan Menyikapinya?

Toxic Positivity: Bagaimana Cara Mengatasi dan Menyikapinya?

 Ilustrari gambar Mengatasi Toxic Positivity  by : Pinterst

Ungkapan-ungkapan seperti “tetap semangat” atau “jangan menyerah” sering kali kita dengar dalam percakapan sehari-hari, terutama saat seseorang sedang menghadapi masa-masa sulit hanya menguatkan keadaan diri atau orang lain  Nasihat ini diberikan dengan niat baik yang sederhana untuk menghadapi tantangan hidup.

 Namun, tidak semua situasi dapat diatasi hanya dengan ungkapan-ungkapan seperti itu. Ketika dorongan untuk selalu berpikir positif ini berlebihan atau dipaksakan, mka kita masuk ke dalam wilayah yang disebut toxic positivity.

 Toxic positivity adalah bentuk pandangan yang menuntut seseorang untuk menekan perasaan negatif dan berfokus secara eksklusif pada hal-hal positif, meskipun situasi yang dihadapi sangat sulit.

 Meskipun optimisme penting dalam kehidupan, toxic positivity justru meniadakan keseimbangan emosional yang sehat, dan pada akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif pada Kesehatan Mental.

Apa Itu Toxic Positivity?

Secara sederhana, toxic positivity dapat diartikan sebagai ekspektasi atau tekanan untuk selalu bersikap positif, tidak peduli betapa sulit atau beratnya situasi yang dihadapi. Sikap ini sering kali muncul dalam bentuk komentar seperti “Semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir." atau “"Fokus saja pada sisi baiknya."

 Komentar-komentar ini mungkin dimaksudkan untuk menghibur, tetapi dalam banyak kasus, kata-kata mereka justru menimbulkan rasa bersalah dan tertekan pada diri kita karena diluar kemampuan kita.  

Dampak Toxic Positivity Terhadap Kesehatan Mental

Toxic positivity dapat memicu beberapa masalah yang mempengaruhi kesehatanmental, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut beberapa Dampak negatif toxic positivity yang perlu diwaspadai:

1.   Stres sampai Depresi

Ketika seseorang menekan emosi negatif, mereka kehilangan kesempatan untuk memproses perasaan tersebut secara sehat. Jika terus-menerus ditekan, emosi-emosi ini dapat menumpuk dan menyebabkan gangguan Kesehatan Mental seperti Stres, Kecemasan, atau bahkan Depresi.

            Seperti beban yang dipindahkan menggunakan lift barang, emosi-emosi yang tidak diatas akan terus                  bertambah berat hingga suatu saat meledak.

2.           Menurunkan Kwalitas hidup

Orang yang mengalami Toxic Positivity cenderung menarik diri dari berbagi perasaan yang sebenarnya karena merasa mereka harus selalu terlihat positif. Hal ini dapat melemahkan dan menurunkan kwalitas diri dan membuat mereka merasa tidak dipahami oleh orang lain.

3.           Rasa Bersalah dan Malu

Ketika seseorang merasa tidak mampu untuk selalu bahagia atau positif, mereka bisa merasa bersalah atau malu. Ini dapat memicu perasaan Rendah Diri dan memperparah kondisi mental yang sudah buruk.

4.           Isolasi Diri

Ketika kita terlalu fokus pada berpikir positif, kita mungkin kita akan menghindari Kontak Sosial kepada orang lain . Hal ini membuat kita cenderung mengisolasi diri.

Cara Mengatasi dan Menyikapi Toxic Positivity

Menjaga keseimbangan antara berpikir positif dan menghadapi kenyataan secara jujur adalah kunci untuk menghindari Toxic Positivity. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk 

Menghindari dan Menyikapi dari efek negatif toxic positivity:

1.   Menerima Semua yang Terjadi

Ingatlah bahwa Emosi Negatif sama validnya dengan emosi positif. Merasa sedih, marah, atau kecewa bukan berarti Anda lemah atau gagal, melainkan bagian dari  sunatullah atau Kehendak Allah SWT yang harus kita terima dengan ikhlas.

2.           Berikan Ruang

Alih-alih mengabaikan atau menekan perasaan negatif, berikan ruang bagi diri Anda untuk merasakan dan mengatasi emosi tersebut. Bisa dengan teman dekat agar  dapat lebih memahami diri sendiri dan apa yang sedang Anda alami.

3.           Berlatih Empati

Ketika berbicara dengan orang yang sedang menghadapi Kesulitan,Cobaan,Musibah cobalah untuk mendengarkan tanpa memberikan motivasi atau solusi instan. Terkadang, orang tersebut  hanya butuh didengar dan dimengerti agar orang lain dapat merasakan apa yang dia  rasakan

4.           Membanding-bandingkan 

Sebaiknya jangan membandingkan diri dengan orang lain karena tiap orang dapat mengalami kesulitan yang berbeda-beda,lebih baik pahami apa yang sedang terjadi atau rasakan. 

 5.       Mendekatkan Diri Pada Tuhan 

Menyikapi Toxic Positivity dalam Islam adalah bersyukur. Bersyukur apapun yang terjadi pada diri kita, Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 286 .“Sesungguh Allah tidak membebani hambanya melainkan sesuai kesanggupannya”. Tetap bersyukur atas segala yang terjadi itu merupakan bentuk ketaatan

 

Manusia diciptakan untuk di uji, ada kala bahagia kadang juga sengsara. Allah Berfirman “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (TQS. al-Baqarah: 155-157)

Daripada mengabaikan perasaan negatif, lebih baik mengakui dan memproses setiap emosi yang muncul dengan seimbang dan jujur.

Dengan cara ini, kita bisa membangun kesehatan mental yang lebih kokoh dan mendukung diri sendiri serta orang lain dengan cara yang lebih berarti

Firdaus
Firdaus Bisnis

Posting Komentar untuk "Toxic Positivity: Bagaimana Cara Mengatasi dan Menyikapinya?"